Jambi Line – Ratusan pelajar tingkat sekolah dasar dan SMP menghadiri Kenduri Swarnabhumi di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muara Jambi, Minggu (6/8).
Mereka mengikuti serangkaian kegiatan mulai dari menanam pohon, mengumpulkan sampah dan membuangnya ke tempat yang tepat, hingga mengikuti workshop mengenai lingkungan.
Anak-anak ini terlihat antusias kala menanam pohon bersama para pejabat, yakni Gubernur Jambi Al Haris, Kemendikbud Ristek Restu Gunawan, Pj Bupati Muaro Jambi Bachyuni, dan lainnya.
Pohon yang ditanam, yaitu asam kandis, jelutung, tembesi, dan lainnya. Total pohan yang ditanam di KCBN Muara Jambi berjumlah 4.400 bibit. Tidak hanya itu, terdapat 100.000 benih ikan yang dilepaskan di kanal KCBN Muara Jambi.
Anak-anak itu kemudian diajak mengumpulkan sampah organik dan plastik yang berserakan di sana. Mereka melakukannya secara berkelompok, dan yang paling banyak mengumpulkan sampah akan mendapatkan hadiah.
Selesai bersih-bersih, para pelajar tersebut mengikuti workshop terkait lingkungan bersama Eddi Brokoli (Eddi Hidayatullah) dan Abex (Alfira Nataly Pangalila). Mereka pun membuat karya tulis berupa opini, puisi, dan cerita pendek tentang pengalaman mereka hari ini di KCBN Muara Jambi.
“Saya menulis tentang pencemaran alam, dan risiko membuang sampah sembarangan. Risikonya, terjadi fenomena alam seperti banjir. Dan hewan menjadi langkah, seperti ikan yang memakan plastik,” kata Raihan Solehan (10), siswa SD Negeri 41 Muaro Jambi.
Ia mengatakan akan mempraktikkan apa yang sudah didapatkan dalam workshop ini. Raihan tidak akan lagi membuang sampah sembarangan lalu mengajak kawannya untuk menjaga lingkungan.
“Melakukan hal seperti yang dikatakan tadi. Misalnya dulu membuang sampah sembarangan, ke depannya tidak sembarangan lagi. Terus, mengajak kawan-kawan membuang sampah pada tempatnya,” ujarnya.
Marifatul Sholeha (14), siswi Pondok Pesantren Riyadhul Amin Muari Jambi, menyampaikan dirinya mengetahui lebih dalam mengenai jenis sampah organik dan anorganik, serta bahanya apabila dibuang sembarangan. Sehingga ke depan ia memilah sampah dan tidak mau lagi membuangnya secara sembarangan.
“Memisahkan sampah organik dan anorganik. Terus membuang sampah pada tempatnya. Kenapa kita harus menjaga lingkungan? Karena kita hidup di lingkungan. Jika lingkungan rusak, hidup kita juga rusak,” katanya.
Eddi Brokoli mengatakan workshop itu merupakan upaya mengingatkan anak-anak untuk menjaga lingkungan, termasuk dalam mengelola sampah.
“Simpel saja sih, mau disebut workshop boleh, diskusi boleh. Kayak mengajari membaca satu surah. Harus diulang-ulang,” katanya.
Para anak itu, ujar Eddi, cukup antusias mengikuti workshop. Bahkan, mereka telah menghasilkan karya tulis yang mengesankan dalam waktu singkat.
“Seru banget. Terus kita akhiri dengan menulis. Tulisannya bagus semua walau cuma dikasih waktu 15 menit,” ungkapnya.
Bagi Eddi, kebiasaan yang cenderung menjaga lingkungan harus ditanam sejak dini.
“Kalau anak diajarkan pythagoras, dalam waktu seminggu dua minggu, dia bisa. Tetapi, belajar berbudi pekerti dan mengubah kebiasaan, kalau sudah dewasa sulit. Jadi, hal-hal gini (menjaga lingkungan) harus diajarkan sejak kecil,” tuturnya.
Discussion about this post